Dalam sekejap mata, akhir tahun ini kita akan disibukkan dengan euforia belanja di beberapa toko online atau marketplace dan menghadirkan diskon besar-besaran sampai harbolnas 12.12 dengan penawaran menarik yang menggoda. Dalam satu bulan ini kita juga dihadapkan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang menyediakan giveaway mewah untuk seluruh masyarakat di dunia. Perayaan akhir tahun ini pastinya jangan terlalu menggebu, kita perlu adu rayu dengan ego kita untuk mengatur sisi kebutuhan dan keinginan yang akan kita beli nantinya.
Al-Quran dan Hadis memang tidak mengatur langsung bagaimana hukum dan etika individu Masyarakat saat berbelanja di akhir tahun. Ada dua dalil yang secara umum membahas tentang pasar diantaranya, pertama, pada QS.Al Furqan: 20):
قال الله تعالى: {وَما أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ} [الفرقان:20]
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan mereka memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.”
Kedua, bukti Nabi Muhammad SAW sering mengunjungi pasar-pasar, sehingga orang-orang musyrik menyalahkannya, sebagaimana firman Allah -Ta’ālā-, “Mereka berkata, ‘Sesungguhnya rasul itu memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar-pasar, jika tidak ada seorang malaikat yang diutus kepadanya sebagai pemberi peringatan’.” (QS. Al-Furqān: 7).
وكان النبي صلى الله عليه وسلم يرتاد الأسواق حتى إن المشركين عابوه بذلك، كما قال الله تعالى حاكياً عنهم: {وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا} [الفرقان:7].
Ada sebuah kitab yang berjudul Ahkam al-Suq karya Abu Zakaria Yahya bin Umar al-Kinani al-Andalusi (W.289H/901M), seorang Ulama asal Turki yang banyak berkontribusi dalam fatwa Islamic ethics, sosial ekonomi Masyarakat juga keadilan dalam sistem Hisbah, dan responnya atas aturan pasar dan bagaimana transaksi yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Abu Zakaria tidak banyak membahas masalah fikih teoritis, beliau cukup mengungkap fakta-fakta praktis dan mengklarifikasi suatu hukum di Masyarakat dengan kacamata Madzhab Maliki. Kitab ini secara khusus merespon etika khusus bagi kita yang sering bermuamalah di pasar, offline atau online, dan cara agar punya keterbatasan ego diri saat ada di marketplace. Ada empat tips yang perlu kita pegang saat kita dihadapkan dengan realita big discount saat berbelanja (khususnya di akhir tahun):
أوّلا: شراء المواد التي يحتاجها الشخص فعلاً والبعد عن التبذير والإسراف، فلا بد من ترشيـــــد الاستهــــــــــلاك، والحرص على شراء منتجات المسلمين ومقاطعة منتجات الدول المعادية للمسلمين مهما استطاع لذلك سبيلاً. وكذلك الامتناع من التسوق من المحلات التي تبيع المحرمات كالخمور.
“Pertama, membeli barang yang benar-benar dibutuhkan dan menghindari pemborosan dan kemubaziran. Seseorang harus tertarik untuk membeli produk-produk Muslim dan memboikot produk-produk negara yang memusuhi Muslim sedapat mungkin. Selain itu, hindari berbelanja di toko-toko yang menjual barang-barang terlarang seperti alkohol.”
ثانياً: ينبغي للمسلم أن لا يذهب للسوق إلا عند الحاجة، لما في كثرة التردد على الأسواق من حرصٍ على الدنيا، ومن الافتتان بملاذها، فعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “أحب البلاد إلى الله تعالى مساجدها وأبغض البلاد إلى الله أسواقها” (رواه مسلم).
“Kedua, seorang muslim tidak boleh pergi ke pasar/ marketplace kecuali jika ada keperluan, karena seringnya pergi ke pasar merupakan tanda kecintaan kepada dunia dan terpesona oleh kenikmatannya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Negeri yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya, dan negeri yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)”.
ثالثا: السماحة في البيع والشراء، فالسهولة والسماحة في البيع والشراء أمرٌ مطلوبٌ شرعاً. فعن جابر رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “رحم الله رجلاً سمحاً إذا باع وإذا اشترى وإذا اقتضى” (رواه البخاري).
“Ketiga, toleransi dalam jual beli, karena kemudahan dan toleransi dalam jual beli merupakan hal yang disyariatkan. Dari Jabir -raḍiyallāhu ‘anhu-, Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Semoga Allah merahmati orang yang murah hati dalam menjual, membeli, dan meminjam.” (HR. Bukhari)”.
رابعا: التقليل من الاستدانة فلا يستدين إلا للحاجة فعن عائشة رضي الله عنها: “أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يستعيذ في صلاته كثيراً من المأثم والمغرم -الإثم والدَّين- فقيل له: يا رسول الله، ما أكثر ما تستعيذ من المغرم؟ فقال: إن الرجل إذا غرم -أي استدان- حدث فكذب ووعد فأخلف” (رواه البخاري). وغير ذلك.
“Keempat, meminimalkan pinjaman dan tidak meminjam kecuali karena kebutuhan, sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah ra: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa dalam shalatnya untuk menjauhi dosa dan hutang lalu dikatakan kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, seberapa sering engkau berdoa untuk menjauhi dosa dan hutang? Ketika seseorang terlilit hutang, ia akan berbohong dan berjanji lalu mengingkarinya.” (HR. Bukhari).
Menurut Zakaria dalam kitabnya, poin keempat ini yang dikhawatirkan di kehidupan Masyarakat. Realitanya hari ini terjadi dengan semarak paylater, pinjaman online (pinjol), dan beberapa cara kredit lainnya yang menjerumuskan maasyarakat untuk berhutang demi membeli barang incaran nya di harbolnas atau belanja akhir tahun nanti.
Semoga kita makin sadar financial untuk menciptakan kehidupan yang ideal. Wallahu A’lam.
Rifa Tsamrotus saadah,S.Ag, Lc, MA., Ustadzah di Cari Ustadz
Tertarik mengundang ustadz Rifa Tsamrotus saadah,S.Ag, Lc, MA.? Silahkan klik disini