Cariustadz.id, – Idulfitri atau lebaran adalah salah satu hari besar umat Islam di seluruh dunia. Berbeda dengan di beberapa negara lain, bagi masyarakat Indonesia momentum perayaan ini menjadi ajang silaturahmi orang-orang perantauan untuk mudik ke kampung halaman. Apa sebenarnya makna silaturahmi?
Menurut M. Quraish Shihab dalam buku Shihab & Shihab Edisi Ramadhan makna silaturahmi berarti menyambung rasa kasih sayang. Berbeda dengan kata silaturahim yang sering juga digunakan, kata rahim dalam silaturahim merujuk pada makna peranakan. Artinya kata silaturahim bermakna menyambung hubungan kekeluargaan yang putus.
Meskipun keduanya memiliki makna yang sedikit berbeda, akan tetapi yang terpenting terletak pada kata silah yang artinya menyambung. Quraish Shihab menegaskan bahwa yang menjadi penekanan bagi silaturahmi adalah menyambung hubungan yang terputus.
Menghubungi dan mengontak kembali kerabat dan handai taulan yang sudah lama tidak berkomunikasi atau bahkan yang pernah bermasalah dengan kita. Pertanyaannya, apakah kalau bersilaturahmi dengan orang-orang dekat yang sering ditemui bukan disebut silaturahmi?
“Itu tidak terlarang. Itu bagus dalam konteks meningkatkan. Tapi kalau mau substansi, carilah orang-orang yang pernah kita lukai hatinya. Carilah orang-orang yang jarang kita temui. Suratilah orang-orang yang pernah hubungan dengan hati kita. Itulah silaturahmi,” kata Quraish.
Quraish Shihab menambahkan bahwa Nabi saw bersabda, “laa yadkhulu aljannata qathi’,” artinya seseorang yang memutus hubungan silaturahmi tidak akan masuk surga. Menurut ulama ini ancaman luar biasa. Dalam sabda lain Nabi saw mengatakan, “siapa yang ingin diperpanjang usianya, diperluas rezekinya, bersilaturahmilah.”
Kemudian dalam konteks siapakah yang perlu menjadi prioritas? Jawabannya adalah keluarga. Kalau menyebut orang tua, itu sudah wajib. Keluarga disini adalah keluarga utama yang dinamakan rahim yakni seandainya anda perempuan, maka laki-laki yang haram anda nikahi maka itu adalah rahim anda atau diisitilahkan dengan mahram.
Intinya cari dulu orang-orang dekat untuk diajak silaturahmi. Kenapa harus mencari yang jauh, padahal yang dekat juga terputus? Karena itu, dalam ajaran agama memberi keluarga atau tetangga dekat yang membutuhkan lebih baik ketimbang memberi orang yang jauh atau tidak ada hubungan keluarga.