Isyarat Alam Tentang Persatuan Umat

Saat ini, umat Islam masih terpecah menjadi berbagai kelompok, aliran, dan pendapat yang berbeda. Fanatisme terhadap kelompok masing-masing seringkali menimbulkan konflik yang tidak perlu. Banyak individu memaksakan kehendak mereka, dan akibatnya, persatuan menjadi sulit terwujud. Perpecahan ini membuat umat Islam mudah diadu domba oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa persatuan adalah kunci untuk mengatasi berbagai tantangan dan menciptakan kekuatan yang lebih besar dalam menghadapi masalah yang ada di masyarakat.

Jika nilai-nilai toleransi dalam perbedaan dapat diterapkan oleh setiap Muslim, keyakinan bahwa umat Islam akan menjadi lebih kuat semakin nyata. Toleransi memungkinkan umat untuk saling menghargai dan memahami satu sama lain meskipun ada perbedaan pandangan. Prof Quraish menyampaikan bahwa toleransi itu bukan mengalah atas pendapat orang lain, tetapi bagaimana tetap mampu berjabat tangan dalam perbedaan tersebut. Dalam konteks politik, toleransi sangat penting untuk menjaga stabilitas dan menciptakan kebijakan yang bermanfaat bagi semua. Dengan mengedepankan sikap saling menghormati, kita dapat mengurangi bentrokan antarkelompok dan bersatu dalam mencapai tujuan yang lebih besar demi kesejahteraan umat.

Seandainya umat Islam dapat bersatu, kemungkaran akan lebih mudah ditekan dan bahkan dihindari. Hal ini sangat mungkin terwujud apabila pemimpin yang menjabat memiliki ketakwaan kepada Allah. Bayangkan jika para perumus undang-undang adalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah, maka tidak akan ada lagi diskusi tentang aturan boleh atau tidaknya jual beli miras, izin lokalisasi dan sejenisnya. Pemimpin yang taat akan mendorong kebijakan yang mendukung persatuan dan mengedepankan nilai-nilai kebaikan. Ketika umat bersatu di bawah kepemimpinan yang baik, kita dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif untuk pertumbuhan spiritual dan sosial. Dengan demikian, kolaborasi antara umat Islam akan menguatkan posisi kita di berbagai aspek kehidupan.

Al-Qur’an memberikan isyarat ilmiah tentang pentingnya persatuan dalam surat An-Nur ayat 43:

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ ۗ

Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.

Dalam ayat ini, Allah menggambarkan bahwa hujan lebat yang memberikan dampak positif bagi tanah kering dengan tumbuhnya benih-benih tumbuhan berasal dari uap air yang sangat lemah, bahkan gravitasi bumi tak mampu menariknya. Ini menunjukkan bahwa meskipun awalnya tampak tidak signifikan, jika dikelola dan diarahkan dengan baik, hal tersebut dapat menghasilkan dampak yang besar. Allah menggunakan kata (yuzjii) atau menggerakkan perlahan sehingga kata sahaab menempati posisi sebagai muzjaah atau sesuatu yang lemah. Allah hendak menegaskan bahwa meski terlihat lemah, persatuan memiliki potensi yang luar biasa jika diupayakan dengan sungguh-sungguh.

Uap air yang lemah, ketika digerakkan ke arah yang sama, akan berkumpul dan saling mengait hingga menjadi awan yang berat, kuat, dan akhirnya menurunkan hujan lebat. Penjelasan ini diungkapkan oleh Zaghlul An-Najjar dalam kitab tafsir al-ayat al-kauniyah fil Qur’an al-Karim. Ini mengajarkan kita bahwa persatuan dapat menguatkan kita sebagai umat Islam. Jika kita mampu mengarahkan potensi yang ada menuju satu tujuan, dampak yang dihasilkan akan jauh lebih besar dan bermanfaat bagi kehidupan bersama.

Saat ini, kondisi umat Islam bagaikan uap air yang lemah; kita berdiri sendiri-sendiri, sehingga kekuatan dan dampaknya tidak signifikan. Jika kita mau diarahkan untuk bersatu, setidaknya dalam hal-hal yang disepakati (kalimatun sawaa), tentu dampaknya akan lebih besar. Menyatukan visi dan misi dalam konteks yang lebih luas akan memperkuat ikatan kita dan menciptakan dampak positif bagi umat dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, persatuan dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dalam kehidupan umat Islam.

Khoirul Muhtadin, M.Ag.,  Dosen STIQ Asy-Syifa dan Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Khoirul Muhtadin, M.Ag.? Silakan klik disini