Comfort zone atau zona nyaman. Tentu kita pernah mendengar istilah tersebut. Seperti namanya, zona nyaman adalah sebuah zona atau wilayah pertumbuhan di mana kita merasa nyaman melakukan aktivitas di dalamnya. Biasanya, hal ini disebabkan kita sudah terbiasa melakukan aktivitas tersebut, sehingga tidak lagi merasakan ketakutan atau kegelisahan, juga tidak perlu bersusah payah menyelesaikannya.
Sekilas, tampaknya tidak ada yang salah dengan zona nyaman ini. Siapa yang tidak mau merasa nyaman bukan? Namun, jika kita analisa dengan lebih saksama, sesungguhnya kenyamanan yang kita rasakan saat berada dalam zona nyaman itu tidak selalu menguntungkan untuk kita. Aktivitas yang terdapat dalam zona nyaman merupakan aktivitas yang aman. Kita tidak lagi merasakan adanya resiko atau keharusan untuk mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran kita dalam melakukannya. Kita cukup memberikan usaha yang biasa untuk mendapatkan hasil yang biasa. Tidak sulit dan kita merasa baik-baik saja.
Kenyamanan zona ini, karenanya, seringkali membuat kita terlena, lupa kalau sesungguhnya kita selalu bisa menjadi, mendapat, dan menghasilkan yang lebih baik lagi. Berada di zona nyaman mungkin bisa memberikan kita perasaan tenang. Tetapi, di sisi lain, jika kita terlalu lama tinggal di dalamnya, kita sama saja membiarkan diri kita dikalahkan oleh rasa takut atau malas kita. Karena, rasa tenang dan nyaman yang dihasilkan oleh zona tersebut sebenarnya berasal dari rasa takut yang tidak kita hadapi dan rasa malas yang kita turuti. Rasa takut dan malas untuk melakukan usaha yang berbeda atau lebih dari biasanya, untuk memeras pikiran, untuk mencoba hal baru, untuk mengubah kebiasaan, untuk belajar lebih banyak. Ketika kenyamanan tersebut membuat kita enggan beranjak dan merasa cukup dengan keadaan kita saat ini, di waktu yang sama kita melepas mimpi-mimpi kita, membiarkan potensi kita disimpan tak terasah, menggadaikan kebahagiaan yang lebih besar untuk kesenangan dan kenyamanan semu zona nyaman.
Semakin lama, disadari atau tidak, kita akan menciptakan batasan-batasan mental yang membuat kita merasa seakan-akan tidak mampu melakukan hal lain di luar zona nyaman kita. Kita mulai membuat alasan-alasan yang mendukung ketidakmampuan kita itu. Kita menjadi tidak percaya diri dan membiarkan hal itu menghentikan kita untuk menjalani hidup yang lebih baik. Untuk keluar dari zona nyaman, artinya kita harus menghadapi ketakutan kita, mencoba hal-hal atau cara-cara baru, membuat target-target serta meraih mimpi-mimpi baru. Kita harus mencari jalan untuk dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau menyelesaikan sesuatu dengan lebih baik. Menjadi diri kita yang lebih baik. Untuk itu, memang diperlukan keberanian, juga keteguhan untuk melalui saat-saat yang mengusik sebagian kecil bahkan besar dari kenyamanan kita. Namun hanya dengan demikian kita bisa terus bertumbuh, bahkan pada akhirnya memperluas zona nyaman kita.
Semakin sering kita melangkah keluar dari zona nyaman, semakin banyak kita bersedia mengerahkan energi dan pikiran kita untuk menjadi lebih baik, maka semakin besar pula potensi diri kita akan terasah. Kapasitas kita sebagai manusia pun bertambah. Kita akan mampu menghadapi lebih banyak hal, mengatasi lebih banyak kesulitan, dan mencapai lebih banyak mimpi. Kita akan menjadi manusia yang lebih kuat, lebih baik, dan lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang, termasuk diri kita dan orang-orang yang kita cintai. Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin sesungguhnya dia telah beruntung, barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka sesungguhnya ia telah merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka sesungguhnya ia terlaknat. (HR. Dailami).