Keutamaan Perlindungan Alam dalam Al-Qur’an (bagian 1)

Jamaah jumat yang berbahagia,
Tidak putus dan hentinya kita sampaikan rasa syukur yang tak terhingga, puji – di atas puji- kepada Allah SWT. yang dengan rahmat, inayah, berkah serta nikmat-Nya kita masih bisa merasakan nikmatnya iman dan Islam, sehingga hari ini, kita bisa datang ke tempat yang kita muliakan ini untuk melaksanakan salah satu kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni salat Jumat secara berjamaah.

Salawat dan salam kita sampaikan untuk junjugan kita, nabi Muhammad SAW. yang dengan segala pencerahannya kita mampu dan diberi kesempatan untuk memahami, meyakini kebenaran agama kita ini yang insyaallah akan kita jaga secara istiqomah hingga akhir hayat kita.

Jamaah jumat yang berbahagia,
Allah SWT. telah menciptakan seluruh alam raya ini beserta segenap isinya dengan sangat sempurna. Dalam satu ayat, ketika Allah menjelaskan tentang penciptaan 7 langit, Allah katakan bahwasanya “kamu sekalian tidak akan dapat menemukan kecacatan sedikitpun dalam penciptaan alam raya ini, termasuk segala isinya.”

Namun setelah berjalan sekian juta tahun lamanya, kita melihat banyak kerusakan, pencemaran dan segala bentuk kerusakan lainnya yang dialami oleh bumi yang tempat tinggal kita.

Di awal khutbah ini, khotib menyampaikan sebuah ayat tentang kerusakan di muka bumi ini, yang Allah turunkan sekira 1500 tahun yang lalu. Kita bisa memahami bahwasanya kerusakan-kerusakan pada alam telah terjadi sangat lama. Misalnya saat ayat ini diturunkan pada abad ke-7 masehi, dan Allah telah menunjukkan banyaknya kerusakan di bumi ini.

Telah nampak banyak kerusakan, di darat dan di lautan, karena ulah tangan manusia. Agar manusia merasakan apa yang telah mereka perbuat (kembali berpikir dan bertaubat akan kerusakan-kerusakan yang telah mereka lakukan).’

Tidak saja dalam konteks beragama, bahwa alam telah mengalami kerusakan akibat perbuatan manusia. Dalam pemikiran-pemikiran modern, boleh misalnya kita mengutip ide-ide yang punya nuansa geoplatoisme, bahwasanya alam ini diciptakan oleh Tuhan untuk dieksploitasi sebesar-besarnya untuk umat manusia. Ini adalah anggapan yang perlu dikaji ulang. Benar, bahwa Allah SWT. dalam beberapa ayat menunjukkan bahwasanya Allah menundukkan alam semesta ini untuk kemaslahatan manusia.

Kata yang digunakan adalah sahkorna (kami -kata Allah- telah menundukkan alam raya ini untuk manusia. Tetapi perlu diperhatikan bahwasanya kata shakoro dalam bahasa arab, dimaknai menundukkan untuk kemaslahatan umat manusia.

Apalagi dalam lanjutan ayat-ayat tersebut disebutkan “dengan penundukkan alam raya ini demi kemaslahatan manusia “, disitu ada penyempurnaan nikmat pada manusia. Nikmat yang ternilai berlebih kepada umat manusia.

Para mufassir, bahkan yang tidak kita antisipasi bahwasanya mereka mampu berpikir tentang kelestarian alam ini, sudah menafsirkan bahwa eksploitasi alam raya boleh saja dilakukan pada tingkatan kemaslahatan. Sama sekali bukan untuk memuaskan hawa nafsunya, bukan pula untuk memenuhi keserakahannya.

Beberapa penulis-penulis barat ketika mengkaji bagaimana pelestarian alam dalam al-Qur’an, salah satu diantaranya adalah Roger King yang mengatakan bahwa al-Qur’an dan hadits sangat ambigu ketika bicara mengenai pelestarian alam. Di satu sisi ada ayata yang mengemukakan tentang penundukan alam raya untuk dieksploitasi, di sisi lainnya ada ide-ide lain dalam al-Qur’an yang menunjukan perintah untuk kemaslahatan demi kelestarian alam semesta.
Jamaah jumat yang berbahagia,

Al-Qur’an memiliki 2 cara ketka ingin menunjukkan perhatiannya atas kelestarian alam. Cara ini cukup unik, terbalik dari biasanya. Jika biasanya ketika berbicara mengenai ritual ibadah al-Qur’an biasanya memilih lebih dahulu menunjukan faedah atau kebaikan dari ibadah tersebut, lalu disertai menyebut larangan atau ancaman apabila meninggalkan ibadah tadi, namun dalam hal pelestarian alam, maka al-Qur’an melakukan hal sebaliknya.

Al-Qur’an lebih dulu (bahkan lebih banyak disebut dalam berbagai surat) menyebut ancamannya yang sangat besar kepada orang yang melakukan fasad/kerusakan di muka bumi ini. Lalu disusul menyebutkan beberapa tingkatan atau seberapa penting ekspolitasi alam yang digunakan untuk kemaslahatan, atau pentingnya melestarikan alam dengan beragam cara.

Kita akan lihat beberapa ayat dan hadits dalam memahami bagaiman Islam memandang pelestarian lingkungan. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwasanya orang yang melakukan pengrusakan di muka bumi (termasuk di dalamnya adalah kerusakan lingkungan) adalah orang-orang yang diancam dengan hukuman yang sangat berat.

Dalam al-Qur’an, pengrusakan alam disamakan derajatnya dengan pembunuhan. Dalam surat al-Mulk dikatakan bahwa orang yang membunuh karena hal yang tidak bisa diterima alasannya, atau berbuat kerusakan di alam ini, maka ia adalah termasuk orang-orang yang dilaknat.

Dalam ayat berikutnya, Allah bahkan menyebutkan jenis hukuman yang pantas diberikan kepada orang-orang yang melakukan pengrusakan alam, dengan mengatakan dengan dibunuh, seperti halnya membunuh manusia, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang atau diasingkan di tempat terpencil.

Ini adalah daftar kecaman yang sangat besar, terlebih kepada mereka yang terbukti melakukan pengrusakan alam. Masih ada dan banyak ayat lainnya yang menunjukkan banyaknya ancaman kepada para pelaku.

Di sisi lain, untuk melestarikan alam ini, Allah dan rasulnya, Muhammad SAW. juga menunjukkan beberapa teknik untuk kegiatan pelestarian alam, yang salah satunya sudah sering kita dengar, yakni dengan menanam pohon.

Dalam sebuah hadits disebutkan “Orang muslim yang menanam tumbuhan sebanyak mungkin, kemudian ia memakan sebagian dari tanaman tersebut, maka ia mendapatkan salat. Begitu pula ketika tanaman itu dimakan oleh binatang liar, maka itu juga dianggap sedekah baginya. Atau dimakan oleh burung-burung, maka itu juga baginya sedekah.” (bersambung)