Nabi Tidak Pernah Melakukan Kekerasan Terhadap Perempuan

Banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kekerasan terhadap perempuan. Gaya bahasa yang digunakan pun beragam. Ada yang menyuruh berbuat baik terhadap perempuan, seperti melarang praktik-praktik yang merugikan perempuan, langkah preventif untuk melindungi perempuan dari tindak kekerasan, serta langkah-langkah kuratif terhadap praktik kekerasan yang dialami perempuan. Hal tersebut dapat kita ketahui ternyata ada banyak persoalan kekerasan terhadap perempuan yang disinggung oleh Al-Qur’an. Menyangkut persoalan kekerasan fisik dan seksual. 

Al-Qur’an juga berbicara mengenai pemukulan terhadap istri yang nusyuz, ishlah (rekonsiliasi) sebagai solusi, larangan mengeksploitasi perempuan untuk menjadi pekerja seks, dan larangan melakukan pelecehan seksual. Menyangkut persoalan kekerasan psikis, Al-Qur’an berbicara tentang larangan melakukan adhal dan memperlakukan perempuan sebagai benda warisan, larangan menyia-nyiakan istri dan mantan istri. Sementara menyangkut masalah kekerasan ekonomi, Al-Qur’an dengan tegas memberikan perempuan hak pemilikan dan pengaturan harta.

Nabi Muhammad Melarang Kekerasan

Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam.  Ketinggian akhlak dan budi pekertinya menjadi teladan untuk kita dalam menjalani setiap aspek kehidupan. Termasuk bagaimana Nabi Muhammad menunjukkan cara menghormati dan melindungi perempuan. 

Diketahui dalam sejarah sebelum datangnya Islam, perempuan sering diperlakukan dengan tidak adil. Perempuan diperlakukan sebagai alat pemuas nafsu laki-laki. Laki-laki boleh menikahi perempuan tanpa batas. Perempuan tidak memiliki hak kepemilikan dan hak warisan. Ketika perempuan sedang haid, mereka dianggap tengah mendapatkan kutukan, sehingga harus disingkirkan dan ditempatkan di gua-gua atau disatukan di kandang binatang. 

Setelah Islam datang dan kemudian Al-Qur’an diturunkan, Nabi Muhammad SAW dengan tegas menentang budaya patriarki dan misoginis yang berlaku pada masanya. Beliau melarang segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, baik fisik maupun verbal, dan menekankan bahwa perempuan memiliki hak dan martabat yang sama dengan laki-laki.

Nabi Muhammad juga tidak segan menegur para sahabat yang melakukan kekerasan terhadap istrinya.

“Janganlah kalian memukul hamba-hamba wanita Allah (yakni, istri-istri kalian)!” Kemudian Umar datang kepada Rasulullah SAW dan berkata; para wanita berani kepada suami-suami mereka. Kemudian beliau memberikan keringanan untuk memukul meraka. Kemudian terdapat banyak wanita yang mengelilingi keluarga Rasulullah SAW, mereka mengeluhkan para suami mereka.

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sungguh telah terdapat wanita banyak yang mengelilingi keluarga Muhammad dan mengeluhkan para suami mereka. Mereka bukanlah orang pilihan (terbaik) diantara kalian.” (HR. Abu Daud Nomor 1834).

Dalam hadis ini terlihat jelas bahwa Nabi Muhammad menjelaskan tentang larangan memukul istri. Dikatakan bahwa para suami yang melakukan kekerasan terhadap istrinya mereka bukanlah orang-orang pilihan.

Pada awalnya, Nabi Muhammad SAW melarang para suami untuk memukul istri mereka. Namun, setelah Umar bin Khattab datang dan mengadu bahwa para istri telah berani kepada suami-suami mereka, Nabi Muhammad SAW memberikan keringanan untuk memukul istri, tetapi dengan syarat yang ketat.

Nabi Muhammad Tidak Pernah Melakukan Kekerasan Terhadap Istrinya

Rasulullah SAW adalah sosok laki-laki yang memperlakukan istrinya dengan baik. “Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”

Dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam QS. al-Ahzab (33): 28-29 dan QS. al-Tahrim (66) 1-5 Allah SWT menggambarkan kehidupan rumah tangga Rasulullah yang tidak luput dari perdebatan dan perselisihan.

Lebih khusus hubungan antara Aisyah r.a. dan Hafsah r.a. sebagai sesama istri, dan hubungan antara Nabi Saw. sebagai suami dengan istri-istrinya.

Alih-alih melakukan tindakan yang menyakiti istri-istrinya itu, Nabi SAW. atas saran wahyu Allah SWT (QS. al-Ahzab (33): 28-29), malah memberi kebebasan kepada mereka untuk memilih hidup dengan Nabi SAW atau hidup bebas tanpa ikatan dengan Nabi SAW.

Kisah konflik dalam keluarga Nabi SAW tersebut juga terekam dalam beberapa hadis. Terutama dengan kisah Aisyah r.a. dan Hafsah r.a. sampai orangtua mereka turun tangan (Shahih al-Bukhari, no. 4962).

Nabi Muhammad tidak pernah menghadapi berbagai perilaku para istri yang tidak sesuai dengan keinginan beliau. Akan tetapi, beliau selalu mengatasinya dengan bijaksana.

Salah satunya dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan menentukan sikap berdasarkan atas pilihan mereka sendiri (QS. al-Ahzab (33): 28-29).

Dalam konflik rumah tangga, Nabi tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, apalagi melakukan kekerasan. Paling jauh, Nabi memilih keluar rumah meninggalkan istrinya dan memilih tinggal di dalam masjid selama satu bulan.

Bahkan Aiyah r.a juga menyampaikan bahwa dalam konflik apapun Nabi tidak pernah memukul perempuan. Hal ini tergambar dalam sebuah hadis yang artinya:

Dari Aisyah r.a. berkata: “Rasulullah SAW tidak pernah memukul, sekalipun, dengan tangannya, tidak kepada perempuan (istri), tidak juga kepada pelayan. kecuali dalam perang di jalan Allah. Nabi Saw juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah Swt. (HR. Imam Muslim, Nomor 6195).

Konflik Nabi Muhammad dengan istri-istrinya adalah pelajaran bagi suami, bagaimana memperlakukan perempuan secara bermartabat. Nabi Muhammad memberikan teladan bagaimana rumah tangga bisa dibina tanpa melalui jalan kekerasan. Memberi kesempatan pada perempuan untuk memilih apa yang terbaik bagi kehidupan mereka. dan mendidik kaum lelaki untuk berperilaku baik terhadap perempuan.

Laily Nur Zakiya, S.Ag, M.Pd, Ustadzah di Cariustadz

Tertarik mengundang ustadzah Laily Nur Zakiya, S.Ag, M.Pd? Silakan klik disini