Ibadah Sebagai Terapi Ketenangan Jiwa

Sudah menjadi bagian dari sunatullah, jika Allah menciptakan semua ciptaan-Nya yang ada di dunia ini, hampir seluruhnya berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, ada langit dan bumi, ada laki-laki dan perempuan, dan contoh-contoh lainnya. Bahkan lebih jauh dari itu, Allah Ta’ala juga menciptakan pasangan dalam hal ruhani/spiritual, seperti ada perbuatan baik dan ada perbuatan buruk, ada perasaan bahagia dan ada juga perasaan sengsara, dan contoh-contoh lainnya.

Semua hal tersebut, sengaja Allah Ta’ala jadikan dalam ciptaan-Nya, supaya menjadi bahan renungan bagi manusia melalui akal dan hati mereka. Bagi insan yang beriman, semua ciptaan tersebut akan semakin memahami tentang kelemahan dirinya di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa atas segala-galanya. Karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah serta tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas kehendak-Nya  (QS. Ar-Rum ayat 54)

Dari semua ciptaan yang telah tercipta di alam raya ini, Allah Ta’ala tidak menuntut balasan ataupun upah dalam bentuk apapun dari wujud ciptaan yang telah diciptakannya, karena Allah Ta’ala tidak bisa diserupakan dengan manusia yang Ketika ia bekerja kepada orang lain, maka si pekerja akan butuh upah atau gaji sebagai balasan dari pekerjaan yang telah dikerjakannya.

Maka sebagai bentuk rasa syukur manusia kepada Tuhannya, Allah Ta’ala mengajarkan kepada manusia untuk beribadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunah. Semua ibadah berikut aspek yang terkait dengannya, telah Allah sampaikan melalu Nabi-nabi-Nya sejak Adam as. sebagai nabi pertama hingga Nabi Muhammad saw sebagai utusan terakhir-Nya. Ini sebagaimana yang Allah Ta’ala sampaikan dalam firman-Nya dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

M. Quraish Shihab, sebagai salah satu tokoh mufassir Indonesia menafsirkan ayat di atas dengan mengutip pendapat Syekh Muhammad Abduh dengan uraian bahwa ibadah adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ia merupakan dampak dari keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau arti hakikatnya.

Salah satu dimensi ibadah terpenting dalam mengawal ketenangan jiwa adalah dengan kontiunitas kesadaran diri dalam mengingat Allah Ta’ala., di manapun berada, kapanpun, dan dalam kondisi apapun. Esensi dzikir hati, lisan, dan tindakan akan mampu menyeimbangkan kondisi lahir dan batin manusia. Karena sejatinya, keberadaan kesehatan jasmani manusia tanpa dibarengi dengan kesehatan ruhani, maka tak ubahnya seperti memiliki kendaraan yang bagus, tetapi memiliki mesin yang rusak. Maka sebagus apapun kondisi kendarannya, tidak akan memiliki nilai jual yang berharga. Dengan sebab itu, Allah Ta’ala akan menjamin kepada siapa saja yang terus berdzikir mengingat Allah, maka baginya ketenangan hati dan jiwa akan didapat (QS. Ar-Ra’d ayat 28)

Hal tersebut juga selaras dengan janji Allah terkait kualitas shalat dan kesuksesan hidup seseorang. Bahwa barang siapa ingin hidupnya lebih baik, maka perbaikilah shalatnya. Semakin baik dan bagus kualitas shalat kita, maka semakin baik dan bagus juga taraf kehidupan kita. Sebaliknya semakin buruk shalat kita, maka Allah Ta’ala akan jadikan kehidupan kita menjadi semakin berantakan, serta hilang keberkahan.

Karena ketika melaksanakan shalat, maka hakikatnya manusia sedang melepaskan segala kesibukan dan problematika dunia, serta tidak memikirkan apa-apa selain Allah Ta’ala. Tidak memikirkannya ketika melaksanakan shalat dengan penuh kekhusyukan pada gilirannya akan melahirkan keadaan relaksasi total, kelegaan jiwa dan ketenangan fikiran.

Hal tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. yang memerintahkan Bilal bin Rabbah untuk mengistirahatkan Rasulullah saw dengan menunaikan shalat secara berjamaah. Beliau Rasulullah saw. bersabda, dijadikan kesenangan bagi diriku pada saat shalat,

Maka dengan merenungi uraian di atas, semoga kita semuanya bisa mengambil pelajaran tentang pentingnya ibadah dalam bentuk apapun, baik ibadah maghdhah dan ghaira maghdhah dengan ikhlas hanya tertuju kepada Allah Ta’ala saja yang akan dapat memberikan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa manusia.

Zaimul Haq, M.Ag., Ustadz di Cariustadz.id

Tertarik mengundang ustadz Zaimul Haq, M.Ag.? Silahkan klik disini