Self Criticism dalam Tasbih Nabi Yunus As

Self criticism (kritik ke dalam/kritik ke diri sendiri) adalah satu gerakan umat Islam yang dimulai pada pertengahan atau akhir abad ke-18 pasca jatuhnya Mesir ke tangan Jenderal Perancis Napoleon Bonaparte dalam penaklukan satu hari yang kemudian disusul oleh runtuhnya khilafah terakhir Islam Turki Utsmani. Penaklukan tersebut membawa serta ilmuwan dan teknologi yang tidak dimiliki dunia Islam. Inilah yang membuat dunia Islam terkejut, terpaksa mengakui ketertinggalannya dan kemudian melakukan satu gerakan self criticism.

Dalam kisah Nabi Yunus as QS. Al Anbiya ayat 87, diduga kuat Nabi yang berjuluk dzun nun ini melakukan kesalahan dengan memutuskan sesuatu di luar perintah, yaitu pergi meninggalkan kaumnya. 

إذ ذهب مغاضبا فظن أن لن نقدر عليه…

Konsekuensi dari kesalahan tersebut adalah Nabi Yunus as ditelan oleh ikan, dan diliputi berlapis-lapis kegelapan (dzulumat) dan hidup didalamnya dalam penuh penderitaan (al-ghom).

Menariknya, dalam kegelapan yang berlapis-lapis dan penderitaan yang tak terbayang itu, Nabi Yunus as tidak pernah menyalahkan siapa-siapa. Tidak menyalahkan kaum, bahkan setan, apalagi Tuhan. Dalam doanya, Nabi Yunus as hanya mengatakan “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasiswa Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang orang yang zalim”.

Potongan akhir dari doa tersebut itulah sikap self criticism Nabi Yunus as, beliau menunjuk hidung sendiri atas berbagai penderitaan yang dialami.

Banyak orang tak mampu menyadari dan mengakui kesalahannya jika keburukan menimpanya. Sifat ini justru sangat bertentangan dengan ajaran Islam, karena ini dilakukan oleh Iblis yang tidak pernah merasa salah dengan perbuatannya, bahkan saat diturunkan dari surga, Iblis menuduh Allah SWT mengkriminalisasinya.

Sikap sangat tercela yang tidak mau kritik diri ini ada dari elit hingga jelata. Contoh saja saat bocornya data Nasional (PDN), Menteri yang bersangkutan tidak terlihat secara khusus menyesali dan mengakui kesalahannya, apalagi membayar kerugian atas hal tersebut. Di kalangan jelata, masyarakat cenderung tak peduli dengan drainase, banyak yang membangun di atas drainase, membuang sampah dan mempersempit drainase untuk urusan pribadi. Hingga musim hujan tiba, banjir, lagi lagi yang pertama kali disalahkan bukan dirinya.

Indonesia boleh dibilang sebagai representasi Muslim Nation, dengan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia (setelah Pakistan). Tetapi, data menunjukkan, pendidikan Indonesia termasuk yang terendah di dunia, etos kerjanya termasuk yang terburuk di dunia (lousy work ethic). Artinya, jeleknya Indonesia sama dengan jeleknya Muslim, karena kita Muslim Nation. Muslim Indonesia paling bertanggung jawab atas nama baik Indonesia.

Tentu saja, peran Agamawan tak bisa diabaikan. Tetapi, lagi-lagi, bagaimana mau menjadi lebih baik kalau agamawannya anti kritik. Jangankan untuk self criticism, bahkan kalau orang lain mengoreksi akan dianggap kualat. Dari fenomena Nabi Yunus as dan realita umat kita, boleh dibilang Indonesia darurat self criticism. Jika ini bisa kita lakukan, mudah mudahan janji Allah SWT sebagaimana dalam kisah Nabi Yunus as “Dan begitulah orang-orang mukmin akan kami selamatkan”. 

Dr. Mukhrij Sidqy, M.A, Ustadz di Cariustadz.id

Tertarik mengundang ustadz Dr. Mukhrij Sidqy, M.A? Silahkan klik disini