Para Perempuan Hebat dalam Islam: Diam Tapi Menginspirasi

Dunia kadang berlaku tak adil pada para perempuan, khususnya dari persepsi laki laki dengan anggapan yang bernada sinis dan meremehkan bahwa ia lemah akalnya, gampang emosi dan sejenisnya. Padahal di balik kelembutannya tersembunyi kekuatan yang mengubah arah pandangan hidup, Perempuan menyimpan kekuataan meski kadang diremehkan dengan inspirasinya menjalar ke banyak jiwa.

Kenyataan ini, diamini dalam narasi lembaran ayat suci Al-Qur’an, tak sedikit kisah perempuan yang diabadikan sebagai cahaya teladan sepanjang masa. Mereka bukan hanya hadir sebagai tokoh, tapi sebagai simbol kekuatan, keimanan, dan keteguhan hati. 

Siapa saja sosok perempuan yang diceritakan al-Qur’an dengan inspirasi tersimpan tentang kesabaran, keberanian, cinta, dan keikhlasan.? Saya akan menguraikan tiga sosok

Pertama, Sosok Asiyah yang menceritakan keteguhan dan komitmen hidupnya untuk tetap pada keimanannya di tengah kekuasaan Fir’aun. Allah ceritakan pada QS Al Tahrim ayat 11

Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang beriman, ketika ia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.'” (QS. At-Tahrim: 11)

Asiyah adalah istri dari raja kuasa Fir’aun. Namun imannya tak tergoyahkan. Ia membela Musa dan dalam kesunyiannya ia berseru kepada Allah memohon tempat di sisi-Nya. Ketika Asiyah berdoa selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, 

Walau dalam lingkungan yang mengancam keimanannya, tapi Asiyah tetap kuat dan komitmen pada jalan hidupnya. Asiyah seolah ingin menegaskan pada kita bahwa keimanan harus tetap dijaga karena ia bak lentera, yang menerangi dan memberi cahaya meski langkah hidup terasa gelap.

Asiyah membuktikan bahwa lingkungan kelam tak mampu memadamkan cahaya iman seorang perempuan yang teguh hati. Asiyah adalah simbol perempuan teguh pendirian walau ia adalah istri penguasa Fir’aun yang menegaskan kekuatan sejatinya bukan dari cahaya lentera istana, tapi dari keyakinan yang teguh kepada Tuhan.”

Kedua, Sosok Maryam dengan spirit keteguhan dan mampu menjaga kehormatannya. Maryam adalah satu satunya perempuan yang namanya disebut langsung dalam Al-Qur’an. Penyebutan itu dengan narasi simbol kesucian, ketundukan, dan ketaatan luar biasa kepada Allah. Ia melahirkan Nabi Isa tanpa disentuh lelaki, sebagai mukjizat dan tanda kebesaran Allah. Allah tegaskan 

“Dan (ingatlah) Maryam, putri Imran, yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam (rahimnya) sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya, dan dia termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)

Sosok Maryam ia memilih teguh dalam ketaatan, ia di hina dan difitnah sebagai perempuan kotor, tapi ia tetap teguh pada Tuhannya, ia tetap menjaga kehormatannya walau dalam kesunyian di tengah tuduhan fitnah menerpanya. Maryam percaya bahwa kemuliaan itu dari keyakinan kuat bukan pengakuan manusia. 

Maryam mengajarkan pada kita bahwa kemurnian niat dan kesabaran dalam ujian adalah mahkota kemuliaan. Di tengah fitnah dan rasa takut, tapi desahan nafasnya selalu dalam tawakal. 

Ketiga, Ratu Balqis dengan napak tilas perjuangannya yang memperlihatkan kecerdasan dan sifat bijaksananya. Ia sosok perempuan penguasa negeri Saba’. Kala ia  mendapat surat ajakan dari Nabi Sulaiman untuk berserah diri kepada Allah (Islam) bukan sekadar tawanan politik maupun diplomatik.

Ia menyambutnya dengan baik, ia berdiskusi dengan bijak, dengan penuh pertimbangan logis, lalu memilih untuk berserah diri kepada Allah.

Allah tegaskan dalam surat al Naml ayat 29-30

“Ia berkata, ‘Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, ‘Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.'” (QS. Al-Naml: 29–30)

Ratu Balqis mengajarkan bahwa kecerdasan dan kepemimpinan bisa sejalan dengan ketundukan kepada Tuhan. Ia tak hanya memimpin dengan penuh kuasa, tapi kekuatan akal-mata batinnya hingga ia memilih tunduk pada kebenaran bukan urusan kalah atau menang. 

Ratu Bilqis juga simbol inspirasi bahwa pemimpin itu tak gila pada tahta dan sanjungan tapi sosok pemimpin yang memilih kebenaran di saat ia dihampiri.  Sebab Pemimpin sejati itu ia  tahu kapan harus memimpin, dan kapan harus tunduk pada kebenaran.”

Kisah inspiratif tersebut adalah cerminan bagi kita bahwa para perempuan di zaman apapun selalu terbuka untuk menjadi teladan dan kekuatan. Perempuan hadir bukan sekadar pendamping laki laki dan dipuja, tapi ia juga bisa memberi nyawa pada setiap laku perubahan hidup, ia lembut tapi kekuatannya juga dapat menentukan laju sejarah.

Mabrur Inwan, M.Ag, Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Mabrur Inwan, M.Ag? Silakan Klik disini.