Ada sebagian orang yang agak apriori dengan politik. Karena ada yang mengatakan politik itu kotor. Pernyataan tersebut keliru. Bahwa dalam praktiknya seringkali ada yang menjalankan politik dengan cara yang tidak baik, benar, itu realitas. Salah satu yang biasa dijadikan kendaraan untuk meraih kekuasaan politik adalah dengan menyebarkan berita bohong untuk menjatuhkan lawan politik. Bagaimana Islam khususnya al-Quran mengatur hal ini?
Allah Swt berfirman dalam Surah al-Hujurat ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Dari ayat di atas jelas pesan dari al-Quran bahwa jika ada orang yang belum jelas identitasnya, belum jelas sumber informasinya, kemudian datang informasi itu kepada kalian, maka harus diteliti, harus tabayun, agar tidak salah dalam mengambil keputusan terkait informasi tersebut. Kalau kita sampai mengambil keputusan apalagi itu terkait dengan hajat hidup orang banyak dengan informasi yang salah, bukan hanya Anda yang rugi, tetapi sekian banyak orang yang ada dalam tanggung jawab Anda, juga mengalami kerugian.
Dalam ayat lain yakni Surah al-Isra ayat 36, Allah Swt juga berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Jangan kamu bicara yang kamu tidak ketahui hakikat kebenarannya, karena apa yang kamu dengar, yang kamu lihat, yang kalian ucapkan, pikirkan semua aian dimintai pertanggungjawabnnya di sisi Allah Swt.”
Itulah mengapa al-Quran sangat menegaskan pentingnya kita untuk memverifikasi informasi yang kita terima apalagi jika informasi itu sebagai landasan dan sebagai basis dasar untuk mengambil keputusan yang penting.
Al-Quran juga menyindir orang yang menganggap remeh tersebarnya berita bohong atau hoaks. Misalnya dalam Surah an-Nur ayat 15, disana Allah Swt menggambarkan pada masa turunnya wahyu sudah ada peristiwa tersebarnya berita bohong di kalangan para sahabat Nabi saw, tetapi sebagian menganggap itu hal yang sepele.
اِذْ تَلَقَّوْنَهٗ بِاَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِكُمْ مَّا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًاۙ وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ ۚ
“(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.”
Dari ayat-ayat tadi, maka menjadi ikhtiar kita bersama untuk memastikan agar masyarakat ini terus terjaga persaudaraannya. Di antara instrumen pentingnya adalah memastikan hanya informasi yang benar yang beredar di kalangan masyarakat kita. Kalau informasi yang salah itu ibaratnya sebuah kemoceng dari bulu dan sudah tercerai berai bulunya, kecil kemungkinan untuk mengembalikan itu seperti semula. Artinya, kalau fitnah sudah terlanjur menyebar akan sulit untuk menetralisir kembali.
Oleh karena itu, tepat jika kiranya al-Quran mengancam orang yang suka memproduksi berita bohong sebagai orang yang sudah melakukan dosa yang besar. Konsekuensi hukumnya sangat berat di sisi Allah Swt. Kita harus berperan untuk menyebarkan informasi yang positif, dan mencegah tersebarnya informasi yang tidak benar. Wallahu A’lam.
Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz
Tertarik mengundang Dr. Ali Nurdin, M.A? Silakan klik disini
Artikel ini disadur dari video Ruang Tengah Cariustadz. Untuk menonton videonya silakan Klik disini.