Pada Syariat Islam Kita Menemukan Kebersamaan

Islam adalah agama yang mengedepankan kebersamaan (al Islaam huwa diinul jamaati) dalam urusan kebaikan serta menolak permusuhan, menghindari pertikaian atau menjadi umat yang egois dan individual.   

Lebih dari itu, kalau kita runut rangkaian kewajiban manusia yang berkaitan langsung kepada Allah, justru pesan moralnya adalah kebersamaan dalam tarikan nafas yang sama sebagai manusia. Kita bisa renungi pada tiga hal:

Pertama, adanya syariat shalat berjamaah. Keutamaan shalat berjamaah diberikan 27 derajat  kemuliaan ketimbang dilakukan dengan sendiri. 

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً    

Shalat berjamaah memiliki kemuliaan dibanding shalat sendirian dengan mendapatkan 27 derajat. (HR Bukhari).

Mengapa kemuliaan diberikan 27 derajat bagi yang berjamaah? Bayangkanlah dengan meniatkan sholat berjamaah lalu setiap langkah menuju Masjid sudah dinilai kebaikan, lalu masuk Masjid diawali sunat tahiyatul masjid, dilanjutkan sunat Qabliyah, takbir secara bersama sama, dengan hati yang penuh harap bersama sama mengatakan amin, sujud bersama dalam tarikan nafas yang sama sebagai hamba, lalu mengucapkan salam bersama, wirid bersama dan seterusnya. 

Alasan rasional itu yang menegaskan bahwa lewat syariat shalat berjamaah hakikatnya Islam mendidik manusia untuk berkumpul, mengedepankan rasa kebersamaan dan tak ada sekat sebagai makhluk sosial. Dan kebersamaan ruku dan sujud itu Allah ingin ditafsirkan dalam laku sosial. 

الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Berjamaah (bersama sama) adalah rahmat dan perpecahan (permusuhan) adalah adzab) (H.R Ahmad).

Kedua, Adanya kewajiban shalat Jum’at yang dilakukan sekali dalam sepekan dalam tradisi fikih pelaksaan shalat Jum’at harus dilakukan secara berjamaah (jumlah jamaah shalat terjadi perbedaan dikalangan ahli fikih) tak bisa dilakukan sendiri.  Berdasarkan QS al Jumu’ah 9

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Hal itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS al Jumu’ah 9)

Ibn Katsir menjelaskan dinamakan shalat Jumat karena umat Islam berkumpul di hari itu untuk melakukan ibadah dan pada hari itu juga hamba diberi kemuliaan. Bahkan atas dasar itu, Allah menyeru untuk meninggalkan segala urusan duniawi sejenak hanya untuk datang menunaikan sholat jumat (berjamaah).

Ini sebagai alasan rasional bahwa syariat kewajiban shalat Jum’at adalah media yang digunakan oleh Islam untuk menguatkan kebersamaan sesama umat Islam hingga diperintahkan meninggalkan aktivitas duniawi. Menurut Syauqi Ibrahim bahwa shalat Jumat adalah ibadah yang diwajibkan agar mencapai makna persatuan dan kesatuan di antara kaum muslimin. 

Pantaslah setiap Jumat khatib mengingatkan di mimbar  untuk meningkatkan takwa yang menjadi bagian rukun khutbah agar  memperbaiki kualitas diri dan laku sosial. 

Ketiga, adanya kewajiban haji. Syariat haji adalah ibadah ritual yang kewajibannya berlaku bagi yang mampu (fisik, psikologis dan finansial). Meskipun sebagai ibadah ritual, tapi pesan moralnya adalah Allah ingin mengumpulkan hamba-Nya dalam detak dan napas yang sama sebagai umat Nabi Saw.

Bayangkan, betapa dahsyatnya nilai haji setiap tahun ratusan ribu jamaah dari berbagai pelosok bumi untuk berbondong bondong menunaikan ibadah haji. Kita tak pernah mendengar rakyat biasa puluhan tahun mengumpulkan uang hasil jerih payahnya lalu digunakan keliling dunia. Tapi, ibadah haji seorang pedagang keliling, petani biasa dan sebagainya mereka rela menyisihkan bertahun tahun hasil keringatnya agar mampu berhaji.

Puncak ibadah haji adalah wukuf di Arafah (al hajju Arafah) yang menegaskan wukuf adalah sebuah titik awal kesadaran/perenungan mendalam (Arafah) di situlah manusia berkumpul, tak ada sekat, tak ada lagi status sosial, tak ada jabatan semuanya menyatu dalam puncak kesadaran sebagai manusia.

Karenanya, Islam menyadarkan kita semua betapa pentingnya kebersamaan, menjaga solidaritas dan mengedepankan sisi kemanusiaan, dan cara itu Islam mendidiknya melalui syariat ibadah ritual.

Mabrur Inwan, M.Ag, Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Mabrur Inwan, M.Ag? Silakan Klik disini.