Kebanyakan manusia mungkin pernah berbuat salah, khilaf, dan dosa dalam kehidupannya, baik dosa kecil maupun dosa besar. Pada dasarnya, dosa-dosa tersebut akan diampuni oleh Allah Swt. jika sang pelaku mau bertobat dengan sungguh-sungguh dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Oleh karena itu, tidak sepantasnya seseorang berputus asa dalam hidupnya.
Seorang muslim diajarkan untuk tidak berputus asa dalam keadaan apa pun, khususnya tidak berputus asa terhadap rahmat Allah Swt. Artinya, seorang muslim diperintahkan untuk senantiasa bersikap optimis dalam kehidupannya, baik dalam hal ibadah maupun selainnya. Larangan sikap berputus telah asa disebutkan oleh Allah Swt. dalam QS. Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi:
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Az-Zumar ayat 53).
Secara umum, surah az-Zumar ayat 53 berisi tentang panggilan kasih sayang Allah Swt. kepada seluruh manusia. Allah Swt. menegaskan bahwa setiap hamba dalam keadaan apa pun, khususnya saat berada di titik terendah hidup, tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya, karena Dia adalah Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Azhim, surah az-Zumar ayat 53 merupakan panggilan kepada orang-orang yang berbuat maksiat untuk segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Allah Swt. mengabarkan kepada mereka bahwa Dia akan mengampuni seluruh dosa orang-orang yang mau bertobat dan berpaling dari perbuatan dosa.
Imam Ali al-Shabuni menyatakan pandangan serupa. Menurutnya, surah az-Zumar ayat 53 berisi tentang seruan bagi orang yang berbuat dosa untuk bertobat kepada Allah Swt secara sungguh-sungguh. Dengan tobat sungguh-sungguh, seluruh perbuatan dosa akan diampuni. Oleh karenanya seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah Swt. seberapa banyak pun dosa yang dimilikinya (Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir).
Pada ayat surah az-Zumar ayat 53 seakan Allah berfirman, “kabarkanlah wahai Muhammad kepada hamba-hambaku yang melampaui batas dirinya dengan berbuat maksiat dan dosa, ‘jangan berputus asa dari Allah’, karena sesungguhnya Dia akan mengampuni semua dosa bagi orang yang dikehendakinya walaupun dosanya seluas samudera. Sungguh kasih sayang dan ampunan Allah sangat luas (Shafwat al-Tafasir[3]: 78).
Berkenaan dengan tobat, Imam al-Qusyairi mengatakan dalam al-Risalah al-Qusyairiyah setidaknya ada tiga syarat utama agar tobat seseorang dianggap sungguh-sungguh, yakni: 1) menyesali segala perbuatan dosa yang telah dilakukan; 2) meninggalkan kesalahan dan dosa dalam keadaan apa pun; 3) berjanji secara sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat serupa.
Sedangkan Syekh Abu Bakar Syatha dalam Kifayat al-Iqtiya wa Minhaj al-Ishfiya mengatakan selain tiga syarat di atas, yakni menyesal terlah berbuat dosa, meninggalkan perbuatan dosa, dan berjanji tidak mengulanginya lagi, tibat dapat dianggap sempurna dengan satu tambahan lagi, yakni seseorang harus bebas dari semua hak-hak anak adam (tidak punya kesalahan dengan sesama manusia).
Pada dasarnya, tobat tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang melakukan dosa, melainkan juga seluruh individu beriman, karena bisa jadi terdapat kesalahan atau kekurangan dalam ibadah. Nabi Muhammad Saw. pun senantiasa beristigfar dalam kesehariannya padahal beliau adalah manusia pilihan yang bersih dari segala macam perbuatan dosa.
Catatan terkait Nabi Muhammad Saw. beristigfar dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim. Disebutkan bahwa beliau pernah bersabda,
Artinya: “Bertobatlah kalian semua kepada Allah. Maka sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali (HR. Muslim).
Penting untuk diketahui, meskipun pada surah az-Zumar ayat 53 ditegaskan bahwa Allah Swt. akan mengampuni seluruh dosa, namun bukan berarti seseorang boleh semena-mena berbuat dosa lalu berpura-pura bertobat. Tindakan semacam ini merupakan sikap mempermainkan agama dan mempermainkan agama adalah sikap yang mendekati kekufuran.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Allah swt. akan mengampuni seluruh dosa orang yang mau bertobat dengan sungguh-sungguh walaupun dosanya seluas samudera, karena itu seseorang seyogyanya tidak boleh berputus asa. Tobat sungguh-sungguh atau tobat nasuha memiliki tiga ciri, yakni menyesal atas perbuatan dosa yang dilakukan, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, dan berjanji tidak akan melakukannya kembali dalam keadaan apa pun. Wallahu a’lam.
Muhammad Rafi, S.Ag., M.Ag., Penyuluh Agama Islam Kemenag Kotabaru dan Ustadz di Cariustadz
Tertarik mengundang Muhammad Rafi, S.Ag., M.Ag.? Silakan klik disini